SENI, BUDAYA, MAKANAN DAN CIRI KHAS TANAH
GROGOT (PASER)
HAIIII...
Di sini aku bakal mendeskripsikan daerah asal
aku, Tanah Grogot ( Tana Paser). Pasti pada banyak yang gak tau kan? Apasih itu?
Dimana sih itu? Pokoknya itu tuh jauuuuuh banget di ujung semenanjung wkwkwk. Gak
kok pokoknya ya lumayan jauh sih apalagi kalau dari Malang. Ke Paser itu
pokoknya lewatin udara, laut darat (kurang api macam avatar dah masa wkk). Berikut
deskripsinya yaaa, selamat membacaaa...
Asal-usul nama kota Tanah Grogot
Berdasarkan cerita setempat tidak dapat
dilepaskan dari peristiwa sejarah di Sulawesi Selatan. Menurut Lontara Wajo
dikisahkan ketika Raja Bone La Patau Matanna Tika mengundang Arung Matoa Wajo
La Salewangeng untuk menghadiri pesta melubangi telinga putrinya. Bersamaan
dengan itu ikut pula La Madukelleng. Sebagaimana kebiasaan bahwa sudah menjadi
kegemaran bangsawan Bugis dalam setiap pesta raja-raja pada masa dahulu sering
mengadakan pesta sabung ayam.
Pada pelaksanaan sabung ayam tersebut terjadi
ketidakadilan dalam penyelenggaraan acara, saat ayam putera Raja Bone mati
dikalahkan oleh ayam Arung Matowa Wajo. Kemenangan itu tidak diakui oleh orang
Bone dan mereka berpendapat bahwa pertarungan tersebut sama kuatnya. Hal ini
menyebabkan terjadinya keributan dan berujung pada perkelahian yang
mengakibatkan korban di pihak Bone lebih banyak dibandingkan korban di pihak
Wajo. Dengan adanya perkelahian tersebut Raja Bone menuntut kepada Wajo agar La
Madukelleng menyerahkan diri untuk mempertanggungjawabkan atas perbuatannya
yang dianggap salah. Akan tetapi orang Wajo tidak bersedia memenuhi permintaan
Raja Bone. Sebelum Kerajaan Wajo diduduki pasukan Bone, karena tidak mau
dijajah La Maddukeleng beserta para pengikutnya merantau meninggalkan Wajo
untuk menghindari balas dendam yang akan dilakukan oleh Kerajaan Bone.
La Madukelleng dalam perantauannya dengan
bermodalkan tiga ujung; ujung lidah sebagai bekal diplomasi, ujung badik untuk
bertarung, dan ujung kelamin melalui perkawinan. Ia malang melintang di negeri
orang mengukir kejayaan orang Bugis secara turun menurun. Dengan modal tersebut
La Maddukeleng beserta para pengikutnya dan delapan orang bangsawan menengah,
yaitu La Mohang Daeng Mangkona, La Pallawa Daeng Marowa, Puanna Dekke, La
Siareje, Daeng Manambung, La Manja Daeng Lebbi, La Sawedi Daeng Sagala, dan La
Manrappi Daeng Punggawa berangkat dari Paneki, dan pada awalnya menetap di
Tanah Malaka (Malaysia Barat). Kemudian pindah dan menetap di wilayah Kerajaan
Paser tepatnya di Muara Sungai Kandilo selama sepuluh tahun, sebelum kembali ke
Wajo dan diangkat menjadi Raja di Kerajaan Wajo.
Namun, setelah rombongan tersebut menetap di
tempat tersebut, jauh di tanah Sulawesi Selatan berhubung tanah Wajo telah
diduduki oleh Kerajaan Bone, banyak pula warga Wajo yang meninggalkan kampung
kelahirannya mengikuti jejak rombongan La Madukelleng untuk berlayar menuju
tanah Paser, sementara sebagian rombongan yang dipimpin La Mohang Daeng
Mangkona menuju ke tanah Kutai dan membentuk pemukiman yang menjadi cikal bakal
berdirinya Kota Samarinda. Dengan adanya peristiwa tersebut banyak pula orang
Bugis yang pada awalnya berasal dari Wajo, saat itu bermukim dan terlibat dalam
perdagangan di sekitar Sungai Kandilo.
Dalam keseharian rombongan orang Bugis-Wajo
yang bermukim di pinggiran Sungai Kandilo sering mendengar suara arus yang
sangat deras dari arus sungai yang menimbulkan suara gemuruh. Dari keadaan
itulah orang Bugis-Wajo menamakan pemukiman mereka dengan sebutan Tanah
Geroro-E (Geroro-E : suara gemuruh). Dari istilah inilah para Sultan Kerajaan
Paser pada saat itu kemudian sering menyebut dengan Tanah Geroro-E yang lama
kelamaan diperkirakan menjadi cikal bakal sebutan Kota Tanah Grogot.
Selanjutnya ketika di Kota Tanah Grogot sudah
banyak orang Bugis yang bermukim di sepanjang Sungai Kandilo, datang pula
utusan Belanda yang tertarik untuk mengadakan usaha perdagangan di Kota Tanah
Grogot sekitar tahun 1829 M. Hal ini dikarenakan kondisi perniagaan Paser pada
saat itu sudah cukup ramai dan strategis. Pedagang Belanda yang bernama
Alexander Van Soow mengajukan permohonan langsung pada Sultan Kerajaan Paser
untuk meminta izin membangun sebuah rumah sebagai tempat usaha untuk menjual
garam dan candu. Dalam permohonannya tersebut berhubung lidah orang Belanda
tidak bisa menyebut Tanah Geroro-E maka pada akhirnya disebut Tanah Grogod.
Oleh karena itu, dapat dikatakan bahwa
sebutan Tanah Grogod tersebut lama kelamaan ejaannya disempurnakan menjadi
Tanah Grogot. Dengan berjalannya waktu karena kondisi Kota Tanah Grogot semakin
ramai setelah dihuni oleh orang Bugis, selanjutnya datang juga orang Banjar,
Jawa, dan sebagainya yang menyebabkan penduduk Kota Tanah Grogot semakin
banyak. Penduduk tersebut lebih dominan berasal dari Bugis dan Banjar, sehingga
kebudayaan mereka cepat membaur dengan penduduk asli Suku Paser. Maka dari itu
tidak mengherankan bahwa pada saat ini dapat dijumpai perpaduan budaya pada
orang Paser di Kota Tanah Grogot. Seiring berjalannya waktu dan semakin
banyaknya penduduk yang datang hingga Kota Tanah Grogot terus berkembang pesat.
Pada akhirnya berdasarkan Undang-undang Nomor 27 tahun 1959 pada tanggal 29
Desember 1959, Kota Tanah Grogot diresmikan sebagai ibukotaaaa Kabupaten Paser.
Tanah Grogot Berganti Nama Menjadi Tana Paser
Pada masa jabatan bupati H.M. Ridwan Suwidi,
Tanah grogot berganti nama menjadi Tana Paser dengan motto/slogannya yang
terkenal Paser Buen Kesong ( Paser Berhati Baik ).
Seni dan Budaya Tana Paser
Selain potensi dan daya tarik Obyek wisata
Kabupaten Paser juga memiliki seni dan budaya antara lain ;
1. Tari Ronggeng Paser
Kesenian Kabupaten Paser yang menjadi ciri
khas adalah tarian "Ronggeng Paser". Tarian ini merupakan kesenian
tradisional pesisir kabupaten Paser yang termasuk dalam kelompok Tari Gembira (
Tari Pergaulan) dengan diiringi lagu ronggeng dan didominasi petikan gambus.
2. Tari Rembara
Tari
Rembana merupakan kesenian tari tradisional pedalaman Paser yang termasuk dalam
tari ritual atau tarian yang ditampilkan pada saat- saat diadakan upacara adat
Paser seperti Belian, Nulak Jakit dan upacara adat lainnya maupun pada
acara-acara resmi.
3. Tari Gantar
Tarian
Gantar juga merupakan tari pedalaman yang sebagian masyarakat Paser tarian ini
sebagai Tari Giring-giring. Dalam gerak tari ini menceritakan penyambutan sang
pahlawan yang baru kembali dari medan Perang.
4. Tari Jepen Muslim dan Tari Jepen Daya
Taka.
TariJepen Muslim merupakan tarian yang
dikreasi dan tercipta dari gerakan - gerakan seorang muslim yang akan
melaksanakan sholat.
Sedangkan Tari Jepen Daya Taka adalah tarian
yang gerakan-gerakannya dihimpun dari gerak dasar seni tradisional Paser. Tari ini menggambarkan keidupan
sukaria para remaja tempo dulu.
5. Tari Singkir
Tari
Singkir adala tari tradisional Paser Pedalaman, salah satu media yang digunakan
adalah dengan menggunakan bamboo. Tari ini merupakan tari ritual yang biasanya
mengiringi upacara-upacara adat.
6. Gendang Agong
Kesenian Gendang Agong adalah salah satu
kesenian tradisional pesisir masyarakat
Paser yang merupakan kombinasi antara alunan-alunan musik dan ketangkasan gerak
(bela diri) seni ini selalu ditampilkan pada saat-saat ada keramian atau
mengiringi arak-arakan mempelai (upacara) dari dulu ingga sekarang.
7. Tari Belian Pengobatan
Gerakan-gerakan dalam tarian ini diambil dari
sebuah cerita pada masa kerajaan Rekan Tatau yang dipimpin oleh pemerintahan
Nalau Raja Tondoi (Nalau Raja Diraja). Konon , pada suatu saat ada seorang
pembatu kerajaan dari kalangan bawah yang sakti. S uatu hari ia pergi menangkap
ikan di sebuah danau ( Loyu Liput Putung). Sialnya, kakinya dijepit seekor
kepiting raksasa hingga tak sadarkan
diri. Sang Raja memperoleh petunjuk bahwa untuk membangunkan dan melepas
kepiting raksasa yang sedang tidur itu, sang raja mengumpulkan orang banyak,
membuat berbagai macam makanan, membunyikan suara Tung, gendang, tengkanong,
Gong dan lain-lain sekeras-kerasnya diiringi dengan tari-tarian (suasana
gaduh).
8. Petikan Muara Adang dan Irama Tengah Malam
Petikan Gambus tradisional ini berasal dari Desa Muara Adang (daerah
nelayan) kecamatan Long ikis. Irama ini termasuk musik yang dinamis disertai
denganalunan lagu-lagu tradisional yang memang sengaja diciptakan untuk
menghalau kesunyian malam yang disertai hempasan gelombang kecil daerah pesisir
pantai Muara Adang.
Makanan Khas Paser
Dalam kesempatan ini saya ingin memposting
beberapa nama makanan khas paser & cara pengolahannya yang benar-benar di
olah dari nenek moyang mereka dari jaman ke jaman. Ini adalah beberapa nama
makanan khas paser :
1. Ponta
adalah olahan makanan yang dibuat dari padi
ketan yang masih muda,selanjutnya padi tersebut di sangrai setelah disangrai
padi muda itu matang dan didiamkan hingga dingin. Setelah padi dingin lalu padi
muda tersebut ditumbuk dengan lesung lalu dibersihkan dari kulitnya dan ponta
pun siap saji,bisa pula ditambahkan dengan gula merah dan serutan kelapa muda.
2. Deli Mosom Esa Tendikon Sua Timun Pare
makanan ini merupakan sayur asam yang menggunakan Ikan Beong dan Timun Padi.
Bahannya adalah 2 ekor ikan beong, 1 buah timun padi, 1 ruas serai, kunyit,
lengkoas,bawang merah, air 1 liter dan garam secukupnya. Cara memasaknya rebus
air hingga mendidih,masukan bawang merah,serai,kunyit,lengkoas,timunpadi,ikan
beong dan garam secukupnya hingga tercium bau harum lalu sajikan siap di santap
bersama keluarga.
3.
Pisang Rimpi
Makanan khas paser saat ini cukup banyak
salah satu diantaranya adalah pisang rimpi/selai, rimpi adalah makanan camilan
yang terbuat dari pisang khususnya gepok/pisang yang berbiji yang diolah dengan
cara mengasapi pisang diatans bara/arang kayu hingga berwarna kecoklatan dan
mengeluarkan aroma yang khas terasa manis dan lezat, makanan rimpi ini bisa
dimakan langsung atau digoreng terlebih dahulu dengan tepung dan dihidangkan
hangat-hangat bersama kopi/teh,produk ini dapat ditemukan di pasar2 tradisional
dengan harga Rp 3000,00 -5000,00
perbungkus apabila berminat silahkan datang ke paser.
Ciri Khas Tanah Grogot ( sekarang Tana Paser
)
Tanah grogot kini berganti nama menjadi Tana
paser. Apa sih yang unik dari Tana Paser? Jadi, di Tana Paser itu bangunan-bangunan
seperti perkantoran, rumah sakit, sekolah, hotel, jembatan penyebrangan dan
lain-lain bahkan trotoarnya pun warna ungu. Luarrr biasaaaa. Yang suka ungu yuk
mampir ke Tana Paser. Tapi, baru-baru ini Tana Paser pergantian bupati, jadi
jembatannya sudah di cat kuning gitu masa. Selain itu, yang khas dari Paser
adalah adat Paser nya dengan ciri khas warna kuning (kuning keraton). Jadi,
disana itu ada kerajaan Paser yang dalamnya berisi atribut kerajaan berwarna
kuning.
MTQ
Hotel
Telaga Ungu
Yang pertama ada Kecamatan Paser Balengkong
Museum lokal “Sandurangas” dan kompleks makam Raja Kesultanan Paser/Local Museum “Sandurangas” Ang Grave of Paser Kingdom Family. Untuk sampai ke lokasi museum dan kompleks makam raja, dapat di tempuh melalui jalan darat berjarak 5 km dari ibukota Kabupaten Tanah Grogot serta melalui Sungai Kandilo.
Yang kedua Kecamatan Batu Sopang
Goa Tengkorak terdapat puluhan lebih tengkorak manusia. Goa ini terletak di Desa Kasungai yang dapat ditempuh dengan roda empat/roda dua yang berjarak + 61 km dari Tanah Grogot atau 7.75 km dari ibukota Kecamatan Batu Kajang yang berada di Trans Balikpapan-Banjarmasin.
Liang Mangkulangit atau bahasa penduduk setempat berarti Goa Mengangkat Langit yang diberikan oleh penemunya. Dibawahnya terdapat aliran Sungai Kandilo. Lama perjalanan yang ditempuh + 45 menit dari Muara Kaman atau + 10 menit dari Desa Muara Kuaro.
Yang terakhir nih Kecamatan Long Kali
Telaga Air Panas Danum Layong, lokasi wisata ini terletak di Kelurahan Long Kali dengan jarak tempuh kurang lebih 3 km dari tepi jalan raya Tanah Grogot-Penajam atau + 88 km dari ibukota Kabupaten Tanah Grogot. Telaga Air Panas ini bersumber dari bebatuan, dimana disekitarnya terdapat Batu Kapur dan Batu Gunung.
BACA...
BAGUS, explore terus tanah grogot yang sekarang menjadi tana paser. saya dari Mahasiswa Arsitektur Malang Dan asli nya Pasir mayang
BalasHapusShip. Keren.
BalasHapusSaya suka, informasinya lumayan menambah pengetahuan saya tentang tanah kelahiran, meskipun bukan asli Tana Paser.
Salam kenal
BalasHapusMANTAPP DIN
BalasHapusSalut aku diang artikel endo,,,salam santun ket taka jaba paser...
BalasHapus