Kamis, 16 Juni 2016

SENI, BUDAYA, MAKANAN DAN CIRI KHAS TANAH GROGOT (PASER)



SENI, BUDAYA, MAKANAN DAN CIRI KHAS TANAH GROGOT (PASER)

HAIIII...
Di sini aku bakal mendeskripsikan daerah asal aku, Tanah Grogot ( Tana Paser). Pasti pada banyak yang gak tau kan? Apasih itu? Dimana sih itu? Pokoknya itu tuh jauuuuuh banget di ujung semenanjung wkwkwk. Gak kok pokoknya ya lumayan jauh sih apalagi kalau dari Malang. Ke Paser itu pokoknya lewatin udara, laut darat (kurang api macam avatar dah masa wkk). Berikut deskripsinya yaaa, selamat membacaaa...




Asal-usul nama kota Tanah Grogot




Berdasarkan cerita setempat tidak dapat dilepaskan dari peristiwa sejarah di Sulawesi Selatan. Menurut Lontara Wajo dikisahkan ketika Raja Bone La Patau Matanna Tika mengundang Arung Matoa Wajo La Salewangeng untuk menghadiri pesta melubangi telinga putrinya. Bersamaan dengan itu ikut pula La Madukelleng. Sebagaimana kebiasaan bahwa sudah menjadi kegemaran bangsawan Bugis dalam setiap pesta raja-raja pada masa dahulu sering mengadakan pesta sabung ayam.

Pada pelaksanaan sabung ayam tersebut terjadi ketidakadilan dalam penyelenggaraan acara, saat ayam putera Raja Bone mati dikalahkan oleh ayam Arung Matowa Wajo. Kemenangan itu tidak diakui oleh orang Bone dan mereka berpendapat bahwa pertarungan tersebut sama kuatnya. Hal ini menyebabkan terjadinya keributan dan berujung pada perkelahian yang mengakibatkan korban di pihak Bone lebih banyak dibandingkan korban di pihak Wajo. Dengan adanya perkelahian tersebut Raja Bone menuntut kepada Wajo agar La Madukelleng menyerahkan diri untuk mempertanggungjawabkan atas perbuatannya yang dianggap salah. Akan tetapi orang Wajo tidak bersedia memenuhi permintaan Raja Bone. Sebelum Kerajaan Wajo diduduki pasukan Bone, karena tidak mau dijajah La Maddukeleng beserta para pengikutnya merantau meninggalkan Wajo untuk menghindari balas dendam yang akan dilakukan oleh Kerajaan Bone.

La Madukelleng dalam perantauannya dengan bermodalkan tiga ujung; ujung lidah sebagai bekal diplomasi, ujung badik untuk bertarung, dan ujung kelamin melalui perkawinan. Ia malang melintang di negeri orang mengukir kejayaan orang Bugis secara turun menurun. Dengan modal tersebut La Maddukeleng beserta para pengikutnya dan delapan orang bangsawan menengah, yaitu La Mohang Daeng Mangkona, La Pallawa Daeng Marowa, Puanna Dekke, La Siareje, Daeng Manambung, La Manja Daeng Lebbi, La Sawedi Daeng Sagala, dan La Manrappi Daeng Punggawa berangkat dari Paneki, dan pada awalnya menetap di Tanah Malaka (Malaysia Barat). Kemudian pindah dan menetap di wilayah Kerajaan Paser tepatnya di Muara Sungai Kandilo selama sepuluh tahun, sebelum kembali ke Wajo dan diangkat menjadi Raja di Kerajaan Wajo.

Namun, setelah rombongan tersebut menetap di tempat tersebut, jauh di tanah Sulawesi Selatan berhubung tanah Wajo telah diduduki oleh Kerajaan Bone, banyak pula warga Wajo yang meninggalkan kampung kelahirannya mengikuti jejak rombongan La Madukelleng untuk berlayar menuju tanah Paser, sementara sebagian rombongan yang dipimpin La Mohang Daeng Mangkona menuju ke tanah Kutai dan membentuk pemukiman yang menjadi cikal bakal berdirinya Kota Samarinda. Dengan adanya peristiwa tersebut banyak pula orang Bugis yang pada awalnya berasal dari Wajo, saat itu bermukim dan terlibat dalam perdagangan di sekitar Sungai Kandilo.

Dalam keseharian rombongan orang Bugis-Wajo yang bermukim di pinggiran Sungai Kandilo sering mendengar suara arus yang sangat deras dari arus sungai yang menimbulkan suara gemuruh. Dari keadaan itulah orang Bugis-Wajo menamakan pemukiman mereka dengan sebutan Tanah Geroro-E (Geroro-E : suara gemuruh). Dari istilah inilah para Sultan Kerajaan Paser pada saat itu kemudian sering menyebut dengan Tanah Geroro-E yang lama kelamaan diperkirakan menjadi cikal bakal sebutan Kota Tanah Grogot.

Selanjutnya ketika di Kota Tanah Grogot sudah banyak orang Bugis yang bermukim di sepanjang Sungai Kandilo, datang pula utusan Belanda yang tertarik untuk mengadakan usaha perdagangan di Kota Tanah Grogot sekitar tahun 1829 M. Hal ini dikarenakan kondisi perniagaan Paser pada saat itu sudah cukup ramai dan strategis. Pedagang Belanda yang bernama Alexander Van Soow mengajukan permohonan langsung pada Sultan Kerajaan Paser untuk meminta izin membangun sebuah rumah sebagai tempat usaha untuk menjual garam dan candu. Dalam permohonannya tersebut berhubung lidah orang Belanda tidak bisa menyebut Tanah Geroro-E maka pada akhirnya disebut Tanah Grogod.


Oleh karena itu, dapat dikatakan bahwa sebutan Tanah Grogod tersebut lama kelamaan ejaannya disempurnakan menjadi Tanah Grogot. Dengan berjalannya waktu karena kondisi Kota Tanah Grogot semakin ramai setelah dihuni oleh orang Bugis, selanjutnya datang juga orang Banjar, Jawa, dan sebagainya yang menyebabkan penduduk Kota Tanah Grogot semakin banyak. Penduduk tersebut lebih dominan berasal dari Bugis dan Banjar, sehingga kebudayaan mereka cepat membaur dengan penduduk asli Suku Paser. Maka dari itu tidak mengherankan bahwa pada saat ini dapat dijumpai perpaduan budaya pada orang Paser di Kota Tanah Grogot. Seiring berjalannya waktu dan semakin banyaknya penduduk yang datang hingga Kota Tanah Grogot terus berkembang pesat. Pada akhirnya berdasarkan Undang-undang Nomor 27 tahun 1959 pada tanggal 29 Desember 1959, Kota Tanah Grogot diresmikan sebagai ibukotaaaa Kabupaten Paser.

Tanah Grogot Berganti Nama Menjadi Tana Paser

Pada masa jabatan bupati H.M. Ridwan Suwidi, Tanah grogot berganti nama menjadi Tana Paser dengan motto/slogannya yang terkenal Paser Buen Kesong ( Paser Berhati Baik ). 

Seni dan Budaya Tana Paser
Selain potensi dan daya tarik Obyek wisata Kabupaten Paser juga memiliki seni dan budaya antara lain ;





1. Tari Ronggeng Paser
 Kesenian Kabupaten Paser yang menjadi ciri khas adalah tarian "Ronggeng Paser". Tarian ini merupakan kesenian tradisional pesisir kabupaten Paser yang termasuk dalam kelompok Tari Gembira ( Tari Pergaulan) dengan diiringi lagu ronggeng dan didominasi petikan gambus.


2. Tari Rembara
 Tari Rembana merupakan kesenian tari tradisional pedalaman Paser yang termasuk dalam tari ritual atau tarian yang ditampilkan pada saat- saat diadakan upacara adat Paser seperti Belian, Nulak Jakit dan upacara adat lainnya maupun pada acara-acara resmi.

3. Tari Gantar
 Tarian Gantar juga merupakan tari pedalaman yang sebagian masyarakat Paser tarian ini sebagai Tari Giring-giring. Dalam gerak tari ini menceritakan penyambutan sang pahlawan yang baru kembali dari medan Perang.

4. Tari Jepen Muslim dan Tari Jepen Daya Taka.
 TariJepen Muslim merupakan tarian yang dikreasi dan tercipta dari gerakan - gerakan seorang muslim yang akan melaksanakan sholat.
Sedangkan Tari Jepen Daya Taka adalah tarian yang gerakan-gerakannya dihimpun dari gerak dasar seni tradisional  Paser. Tari ini menggambarkan keidupan sukaria para remaja tempo dulu.

5. Tari Singkir
 Tari Singkir adala tari tradisional Paser Pedalaman, salah satu media yang digunakan adalah dengan menggunakan bamboo. Tari ini merupakan tari ritual yang biasanya mengiringi upacara-upacara adat.

6. Gendang Agong
 Kesenian Gendang Agong adalah salah satu kesenian tradisional pesisir  masyarakat Paser yang merupakan kombinasi antara alunan-alunan musik dan ketangkasan gerak (bela diri) seni ini selalu ditampilkan pada saat-saat ada keramian atau mengiringi arak-arakan mempelai (upacara) dari dulu ingga sekarang.

7. Tari Belian Pengobatan
 Gerakan-gerakan dalam tarian ini diambil dari sebuah cerita pada masa kerajaan Rekan Tatau yang dipimpin oleh pemerintahan Nalau Raja Tondoi (Nalau Raja Diraja). Konon , pada suatu saat ada seorang pembatu kerajaan dari kalangan bawah yang sakti. S uatu hari ia pergi menangkap ikan di sebuah danau ( Loyu Liput Putung). Sialnya, kakinya dijepit seekor kepiting  raksasa hingga tak sadarkan diri. Sang Raja memperoleh petunjuk bahwa untuk membangunkan dan melepas kepiting raksasa yang sedang tidur itu, sang raja mengumpulkan orang banyak, membuat berbagai macam makanan, membunyikan suara Tung, gendang, tengkanong, Gong dan lain-lain sekeras-kerasnya diiringi dengan tari-tarian (suasana gaduh).

8. Petikan Muara Adang dan Irama Tengah Malam
 Petikan Gambus tradisional  ini berasal dari Desa Muara Adang (daerah nelayan) kecamatan Long ikis. Irama ini termasuk musik yang dinamis disertai denganalunan lagu-lagu tradisional yang memang sengaja diciptakan untuk menghalau kesunyian malam yang disertai hempasan gelombang kecil daerah pesisir pantai Muara Adang.

Makanan Khas Paser

Dalam kesempatan ini saya ingin memposting beberapa nama makanan khas paser & cara pengolahannya yang benar-benar di olah dari nenek moyang mereka dari jaman ke jaman. Ini adalah beberapa nama makanan khas paser :

1. Ponta
adalah olahan makanan yang dibuat dari padi ketan yang masih muda,selanjutnya padi tersebut di sangrai setelah disangrai padi muda itu matang dan didiamkan hingga dingin. Setelah padi dingin lalu padi muda tersebut ditumbuk dengan lesung lalu dibersihkan dari kulitnya dan ponta pun siap saji,bisa pula ditambahkan dengan gula merah dan serutan kelapa muda.

2. Deli Mosom Esa Tendikon Sua Timun Pare
        
 makanan ini merupakan sayur asam  yang menggunakan Ikan Beong dan Timun Padi. Bahannya adalah 2 ekor ikan beong, 1 buah timun padi, 1 ruas serai, kunyit, lengkoas,bawang merah, air 1 liter dan garam secukupnya. Cara memasaknya rebus air hingga mendidih,masukan bawang merah,serai,kunyit,lengkoas,timunpadi,ikan beong dan garam secukupnya hingga tercium bau harum lalu sajikan siap di santap bersama keluarga.
3.  Pisang Rimpi
Makanan khas paser saat ini cukup banyak salah satu diantaranya adalah pisang rimpi/selai, rimpi adalah makanan camilan yang terbuat dari pisang khususnya gepok/pisang yang berbiji yang diolah dengan cara mengasapi pisang diatans bara/arang kayu hingga berwarna kecoklatan dan mengeluarkan aroma yang khas terasa manis dan lezat, makanan rimpi ini bisa dimakan langsung atau digoreng terlebih dahulu dengan tepung dan dihidangkan hangat-hangat bersama kopi/teh,produk ini dapat ditemukan di pasar2 tradisional dengan harga Rp 3000,00 -5000,00  perbungkus apabila berminat silahkan datang ke paser.

Ciri Khas Tanah Grogot ( sekarang Tana Paser )

Tanah grogot kini berganti nama menjadi Tana paser. Apa sih yang unik dari Tana Paser? Jadi, di Tana Paser itu bangunan-bangunan seperti perkantoran, rumah sakit, sekolah, hotel, jembatan penyebrangan dan lain-lain bahkan trotoarnya pun warna ungu. Luarrr biasaaaa. Yang suka ungu yuk mampir ke Tana Paser. Tapi, baru-baru ini Tana Paser pergantian bupati, jadi jembatannya sudah di cat kuning gitu masa. Selain itu, yang khas dari Paser adalah adat Paser nya dengan ciri khas warna kuning (kuning keraton). Jadi, disana itu ada kerajaan Paser yang dalamnya berisi atribut kerajaan berwarna kuning.

MTQ



Hotel

Telaga Ungu


Objek Wisata Tanah Grogot ( Paser )


Yang pertama ada Kecamatan Paser Balengkong
Museum lokal “Sandurangas” dan kompleks makam Raja Kesultanan Paser/Local Museum “Sandurangas” Ang Grave of Paser Kingdom Family. Untuk sampai ke lokasi museum dan kompleks makam raja, dapat di tempuh melalui jalan darat berjarak 5 km dari ibukota Kabupaten Tanah Grogot serta melalui Sungai Kandilo.




 Yang kedua Kecamatan Batu Sopang 


Goa Tengkorak terdapat puluhan lebih tengkorak manusia. Goa ini terletak di Desa Kasungai yang dapat ditempuh dengan roda empat/roda dua yang berjarak + 61 km dari Tanah Grogot atau 7.75 km dari ibukota Kecamatan Batu Kajang yang berada di Trans Balikpapan-Banjarmasin.


 Yang ketiga Kecamatan Muara Komam
Liang Mangkulangit atau bahasa penduduk setempat berarti Goa Mengangkat Langit yang diberikan oleh penemunya. Dibawahnya terdapat aliran Sungai Kandilo. Lama perjalanan yang ditempuh + 45 menit dari Muara Kaman atau + 10 menit dari Desa Muara Kuaro.

Yang terakhir nih Kecamatan Long Kali
Telaga Air Panas Danum Layong, lokasi wisata ini terletak di Kelurahan Long Kali dengan jarak tempuh kurang lebih 3 km dari tepi jalan raya Tanah Grogot-Penajam atau + 88 km dari ibukota Kabupaten Tanah Grogot. Telaga Air Panas ini bersumber dari bebatuan, dimana disekitarnya terdapat Batu Kapur dan Batu Gunung.


BACA...

5 komentar:

  1. BAGUS, explore terus tanah grogot yang sekarang menjadi tana paser. saya dari Mahasiswa Arsitektur Malang Dan asli nya Pasir mayang

    BalasHapus
  2. Ship. Keren.
    Saya suka, informasinya lumayan menambah pengetahuan saya tentang tanah kelahiran, meskipun bukan asli Tana Paser.

    BalasHapus
  3. Salut aku diang artikel endo,,,salam santun ket taka jaba paser...

    BalasHapus